Seorang gadis kecil bertanya pada ayahnya, "Abi ceritakan padaku tentang akhwat sejati? "Sang ayah pun menoleh sambil tersenyum. "Anakku... Seorang akhwat sejati bukanlah dilihat dari kecantikan paras wajahnya, tetapi dilihat dari kecantikan hati yang ada di baliknya. Akhwat sejati bukan dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona, tetapi dilihat dari sejauh mana ia menutupi bentuk tubuhnya. Akhwat sejati bukan dilihat dari begitu banyak kebaikan yang ia berikan tapi dari keikhlasan ia memberikan kebaikan itu. Akhwat sejati bukan dilihat seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dilihat dari apa yang sering mulutnya bicarakan. Akhwat sejati bukan dilihat dari keahliannya berbahasa, tetapi dilihat dari bagaimana caranya ia berbicara."Sang ayah diam sejenak sembari melihat ke arah putrinya. "Lantas apa lagi Abi?" Sahut putrinya "Ketahuilah putriku...Akhwat sejati bukan dilihat dari keberaniaanya dalam berpakaian tetapi dilihat sejauh mana ia berani mempertahankan kehormatannya. Akhwat sejati bukan dari kekhawatirannya digoda orang dipinggir jalan, tetapi dilihat dari kekhawatiran dirinya yang mengundang orang jadi tergoda. Akhwat sejati bukan dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujian yang ia jalani, tetapi dilihat dari sejauh mana ia menghadapi ujian itu dengan penuh rasa syukur. Dan ingatlah... Akhwat sejati bukan dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tetapi dilihat sejauh mana ia bisa menjaga kehormatan dirinya dalam bergaul." Sang anak kembali bertanya, "Siapakah yang dapat menjadi kriteria seperti itu, Abi?" Sang ayah memberikannya sebuah buku dan berkata, "Pelajarilah mereka!" Sang anak pun mengambil buku itu dan terlihat tulisan Istri Rasulullah.
Kamis, 28 Agustus 2008
Rabu, 06 Agustus 2008
TENTANG ILMU
Ilmu adalah dasar setiap kemuliaan dan puncak setiap kedudukan yang tinggi. Itulah sebabnya mengapa Nabi saw. bersabda, "Sudah merupakan kewajiban dari setiap muslim, pria maupun wanita, untuk mencari ilmu", yaitu ilmu mengenai bertakwa dan berkeyakinan.
Imam 'Ali berkata, "Carilah ilmu, meskipun sampai ke negeri cina," yang berarti ilmu untuk memahami diri --- yang didalamnya terkandung ilmu tentang Tuhan.
Tidak ada jalan untuk mencapai Allah kecuali ilmu. Dan ilmu merupakan perhiasan bagi manusia di dunia ini dan di akhirat nanti, menuntunnya menuju surga, dan dengan sarana itu dia memperoleh ridha Allah
Selasa, 05 Agustus 2008
3 PRINSIP DALAM "MENDIDIK" ala SEKOLAH JEPANG
Ada tiga kata penting yang sering diucapkan oleh guru-guru di Jepang. Tiga kata itu adalah : `yutori kyouiku`(ゆとり教育)、ikiru chikara (生きる力)、dan kokoro kyouiku (心教育).
Yutori kyouiku artinya memberikan space dan waktu yang leluasa kepada anak untuk berkembang. Dengan prinsip ini, sekolah di Jepang yang semula libur hanya dua kali hari Sabtu setiap bulan, berubah menjadi 5 hari sekolah. Setiap Sabtu semua sekolah libur. Kebijakan ini pun menyebabkan 30% content pelajaran dipangkas, dan diperkenalkan course baru yaitu `Sougouteki gakusyuu jikan` (総合的学習時間)、integrated course, yang bertujuan untuk mempelajari materi yang lebih membumi. Mengapa demikian ? Karena siswa diajak untuk mengaplikasikan semua ilmu yang dipelajarinya di mata pelajaran yang lain untuk memahami fenomena alam, lingkungannya, kampungnya, dan orang-orang sekitarnya. Dengan kebijakan ini pula siswa hanya belajar materi pokok saja, sedangkan mata pelajaran yang sekunder disajikan dalam integrated course.
Ikiru chikara artinya potensi atau kemampuan untuk hidup. Dalam bahasa kerennya disebut `zest of living`. Sekolah harus mendidik siswa yang siap berkembang, sehat jasmani, memiliki keinginan untuk hidup (ini mungkin karena banyak anak Jepang yang lebih suka bunuh diri), plus mempunyai semangat bekerjasama yang baik. Aplikasi dari prinsip ini, di sekolah-sekolah Jepang diperkenalkan kegiatan `bukatsudou` (club activities), semacam eskul di Indonesia, yang memungkinkan para siswa berkembang sesuai minatnya. Dampak negatif dari kegiatan ini, banyak siswa yang tertidur di kelas selama jam pelajaran karena kecapekan.
Kokoro kyouiku artinya pendidikan hati/kejiwaan. Anak Jepang harus bermental baja, tidak mudah putus asa, dan melakukan tindakan bunuh diri hanya karena diejek teman. Anak Jepang pun harus berkembang menjadi anak yang pemberani, dermawan, dan segala akhlak mulia lainnya.
Yutori kyouiku artinya memberikan space dan waktu yang leluasa kepada anak untuk berkembang. Dengan prinsip ini, sekolah di Jepang yang semula libur hanya dua kali hari Sabtu setiap bulan, berubah menjadi 5 hari sekolah. Setiap Sabtu semua sekolah libur. Kebijakan ini pun menyebabkan 30% content pelajaran dipangkas, dan diperkenalkan course baru yaitu `Sougouteki gakusyuu jikan` (総合的学習時間)、integrated course, yang bertujuan untuk mempelajari materi yang lebih membumi. Mengapa demikian ? Karena siswa diajak untuk mengaplikasikan semua ilmu yang dipelajarinya di mata pelajaran yang lain untuk memahami fenomena alam, lingkungannya, kampungnya, dan orang-orang sekitarnya. Dengan kebijakan ini pula siswa hanya belajar materi pokok saja, sedangkan mata pelajaran yang sekunder disajikan dalam integrated course.
Ikiru chikara artinya potensi atau kemampuan untuk hidup. Dalam bahasa kerennya disebut `zest of living`. Sekolah harus mendidik siswa yang siap berkembang, sehat jasmani, memiliki keinginan untuk hidup (ini mungkin karena banyak anak Jepang yang lebih suka bunuh diri), plus mempunyai semangat bekerjasama yang baik. Aplikasi dari prinsip ini, di sekolah-sekolah Jepang diperkenalkan kegiatan `bukatsudou` (club activities), semacam eskul di Indonesia, yang memungkinkan para siswa berkembang sesuai minatnya. Dampak negatif dari kegiatan ini, banyak siswa yang tertidur di kelas selama jam pelajaran karena kecapekan.
Kokoro kyouiku artinya pendidikan hati/kejiwaan. Anak Jepang harus bermental baja, tidak mudah putus asa, dan melakukan tindakan bunuh diri hanya karena diejek teman. Anak Jepang pun harus berkembang menjadi anak yang pemberani, dermawan, dan segala akhlak mulia lainnya.
Langganan:
Postingan (Atom)