Aku terduduk diam memandangi benda-benda di sekelilingku. Aku cermati dan pahami. Benda-benda yang sering aku gunakan, yang senantiasa setia menemani hari-hariku, ikut kemana pun aku pergi. Menurutku, mereka selalu berusaha memberikan yang terbaik untukku.
Aku pandangi alat komunikasiku, handphone Sony Ericsson J220i. HP kedua yang kumiliki dan akhirnya aku benar-benar mencintainya. Sudah 2 tahun lebih Si Abu-abu ini berpindah tangan dari penjualnya ke tanganku. Dia seolah menghapus jarak dan waktu antara aku dengan keluarga, teman-teman, kerabat, atau siapa pun yang aku hendak berhubungan dengannya. Dia seolah asisten pribadi yang mencatat agendaku, jadwal kegiatanku, janji-janjiku dengan orang lain. Dia bahkan tidak sekedar mencatat, tapi juga berbunyi mengingatkanku akan agenda-agendaku. Dia menghiburku ketika aku sedang penat, dengan permainan-permainan yang terinstal di dalam tubuhnya. Pokoknya, ada sesuatu yang hilang jika sehari saja aku lupa membawanya dalam sakuku. Dia benar-benar setia menemani hari-hariku.
Pandanganku beralih ke motorku, Honda Supra-X berwarna merah & kuning keluaran tahun 2001. Meskipun dikatakan tidak muda lagi, namun motor ini masih berada dalam kondisi baik dan selalu siap mengantar ke tempat mana pun yang ingin aku singgahi. Dia mengantarku ke tempat aku menuntut ilmu, dia mengantarku ke tempat aku mencari tambahan uang saku, dia mengantarku ke tempat-tempat majelis ilmu, dia mengantarku tanpa pernah mengeluh. Dengan gagahnya dia mengarungi jalanan panjang berdebu, Dia memang setia menemani hari-hariku.
Kini aku pandangi HP Esia hitam yang belum genap satu tahun menemaniku. Meski demikian, dia telah banyak memberikan manfaatnya bagiku. Sistem pembayarannya yang pasca bayar membuatku tak ragu menggunakannya untuk menelpon orang lain. Dia seolah asisten pribadi kedua setelah ”Si Abu-abu”. Dengan Si Abu-abu, mereka saling bahu-membahu memudahkan urusanku. Dia setia menemani hari-hariku.
Tapi sebentar, aku berpikir sejenak. Mereka tidak benar-benar setia menemaniku. Si Merah kuning Supra sekali waktu pernah sakit dan ngambek. Membuatku harus mengantarnya ke “rumah sakit” langganan dengan berjalan kaki demi mendapat perawatan lebih lanjut. Dia pun pamrih. Tak mau dia menemaniku jika aku tak memberinya minum, jika aku tak memberinya tenaga.
Si Abu-abu pernah tak ada saat aku membutuhkannya. Saat aku butuh komunikasi dengan teman-teman, Dia seolah hendak memutuskan hubunganku dengan teman-temanku jika aku terlambat mengisinya pulsa. Terlebih jika aku lupa mengisi tenaganya, maka benar-benar putuslah sudah semuanya. Jika sudah demikian, maka dia tak ada bedanya dengan hape-hapean milik adikku. Si Hitam Esia pun setali tiga uang. Mereka berdua pamrih, tidak mau menemani jika mereka tak mendapatkan sesuatu.
Lalu adakah yang benar-benar setia menemani, tanpa pernah sakit, tanpa pernah pamrih, tanpa pernah istirahat, tanpa pernah lelah? Ya, jawabannya ada. Dialah Allah Yang Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Mengetahui segala sesuatu. Yang Maha Pengasih, Yang Maha Menyayangi, Yang Maha Suci, Yang Maha Memberikan Keselamatan, Yang Maha Perkasa. Yang Menciptakan langit dan bumi, Yang Mengatur alam semesta agar bergulir sebagai mana mestinya. Yang tak pernah sakit, Yang tak pernah pamrih, Yang tak pernah istirahat, Yang tak pernah lelah, Yang tak pernah tidur. Ya, Dialah Allah Yang Maha Dekat.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS: Al Baqarah ayat 186)"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar